Menabur adalah
salah satu istilah khas yang ada dalam kamus hidupnya seorang petani. Petani
adalah seorang penabur. Yang menaburkan sesuatu di kebun atau ladangnya.
Menabur berarti membuang bibit secara serampangan di atas tanah, menebar benih
di hamparan lahan. Menabur juga bisa berarti menahan sesuatu,
menumbuh-kembangkan sesuatu untuk menghasilkan buah, menjadikan sesuatu lebih
berkembang dan berguna. Agar benih bisa menghasilkan buah yang berlipat ganda
maka seorang penabur harus memperhatikan secara baik : cara menabur, bibit yang
dipilih dan kualitas tanah yang akan ditabur. Penabur yang baik akan
menabur sesuatu secara teratur dan terencana, menabur dengan bibit yang unggul
dan menabur di tanah yang subur.
BENIH YANG BAIK
Yang pasti dari yang kita
tanam, itulah yang akan kita tuai. Benih yang kita tanam di sekolah ini, baik
sebagai guru dan pegawai maupun pelajar, itulah yang akan menentukan, entahkah
proses pendidikan kita akhirnya berbuah seratus kali lipat, enam puluh kali
lipat, tiga puluh kali lipat atau malah di bawah itu? Pertanyaan ini menantang
kita untuk membuat evaluasi diri, terutama kita yang adalah komponen internal
di sekolah ini, yang hari-harinya bersentuhan langsung dengan kegiatan
belajar-mengajar. Ini penting sekaligus mendesak, mengingat prestasi anak-anak
didik kita untuk satu dua tahun terakhir ini yang terus menurun dan
memprihatinkan. Indeks prestasi para anak didik kebanyakan berbuah tiga puluh
kali lipat di akhir tahun kelas VI. Kelihatan begitu sulit untuk beranjak naik
ke level enam puluh kali lipat, apalagi seratus kali lipat yang masih sekedar
mimpi. Ini sebuah pratanda bahwa bisa jadi setiap kita sebagai guru, pegawai
dan murid belumlah sepenuhnya menaburkan benih yang baik di sekolah ini seturut
kapasitas kita masing-masing.
Tentu ada banyak benih
yang baik harus kita taburkan di sekolah ini demi buah pendidikan yang baik
bagi anak-anak kita. Prestasi para anak didik kita bagaimana pun juga merupakan
barometer utama untuk mengukur buah pendidikan
kita di sekolah ini. Untuk itu benih- benih ketekunan dan kedisiplinan termasuk untuk perlu ditanamkan kepada segenap
civitas akademik dalam menghadapi tantangan keterpurukkan buah-buah prestasi
para anak didik kita.
Target kita ke depan
haruslah prestasi anak-anak didik kita yang berbuah seratus kali lipat. Untuk
meraih prestasi ini, salah satu jalannya adalah ketekunan di dalam iman.
Semangat ketekunan yang dilandasi iman amatlah mendasar bagi keberadaan kita
sebagai guru- pegawai dan pelajar, mengingat sekolah kita ini adalah sebuah
lembaga pendidikan yang bercitra Katolik. Dalam kacamata iman, sebagai apa pun
kita di sekolah ini, sesungguhnya merupakan sebuah panggilan hidup. Sebagai
panggilan hidup, maka yang harus lebih kita ke depankan adalah semangat ketekunan
di dalam iman. Konkritnya, kalau sebagai guru jadilah guru yang beriman,
sebagai pegawai jadilah pegawai yang beriman, sebagai pelajar jadilah pelajar
yang beriman. Guru yang beriman adalah guru yang mengajar dengan hati, untuk
sungguh-sungguh memberikan yang terbaik dari diri demi kepentingan para anak
didik. Pegawai yang beriman adalah pegawai yang bekerja dengan hati, untuk
sungguh penuh tanggungjawab dalam menunaikan tugas demi kelancaran kegiatan
belajar-mengajar di sekolah ini. Sedangkan pelajar yang beriman adalah pelajar
yang belajar dengan hati, untuk sungguh serius menekuni pelajaran hingga
menjadi sebuah pengetahuan demi masa depan hidup yang baik. Sekolah ini memang
sudah mendesak waktunya, untuk segera kita bangun bersama dengan hati yang beriman.
Sebab sekolah ini adalah juga bagian dari Kerajaan Allah yang menjadi
tanggungjawab kita.
Penulis:
Eman Dora
Penulis:
Eman Dora
Salam
BalasHapusMantap!!!
BalasHapusMari kita bekerja dengan hati dan penuh hati2......
Salam